Menurut Drs. Robert .M.Z. Lawang adalah
penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu
ke dalam lapisan
lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese
dan prestise.
Menurut Max
Webber adalah stratifikasi
sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem
sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan,
privilese dan prestise.
Jadi bisa
diatakan stratifikasi sosial
adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota
masyarakat secara vertikal
(bertingkat).
Selanjutnya
bicara tentang agama,
agama yaitu terdiri dari “a” yang berarti
tidak, dan “gama”
berarti kacau. Ada empat unsur agama
yaitu:
1. Pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi
kehidupan manusia. 2. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara manuasia dan kekuatan gaib itu.
3. Sikap emosional pada hati manusia terdapat kekuatan gaib itu, seperti sikap takut, hormat, cinta, penuh harapan, pasrah.
4. Tingkah laku tertentu yang dapat diamati seperti sholat, doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi.
Tidak dipungkiri bahwa kehidupan beragama di dalam
masyarakat terdapat adanya
bukti bukti stratafikasi
didalamnya.
Dalam kehidupan beragama keristen pada masa kegelapan terjadi dominasi Gereja yang sangat
kuat dimana gereja berkuasa atas apapun dengan mengatasnamakan kekuatan Tuhan.
Pada akhirnya semua warga tunduk sampai pada suatu kasus dimana ada yang
menentang kebijakan gereja ini, yaitu penentuan bahwa Bumi yang mengitari
matahari atau Matahari yang mengitari bumi. Seorang pemikir bernama Galileo
yang menentang pendapat itu dibakar hidup-hidup.
Sistem Kasta Pada Masyarakat Hindu: sistem ini yang paling terkenal dan paling kaku sehingga
jika seseorang itu sudah berada pada kasta bawah sangat sulit atau bahkan tidak
mungkin baginya untuk naik kasta. Adapun susunan kastanya adalah: Ksatria
(raja-raja), Brahmana (agamawan), Waisya (Pedagang), Sudra (Pekerja
kotor/Buruh). Wells menyebut Kasta-Kasta ini dengan berkata “setelah kedatangan
bangsa Arya mesyarakat hindu telah terbagi kedalam kasta-kasta yang satu sama
lain tidak saling mewakili, tidak berkeberatan, dan tidak bergaul dengan bebas.
Stratifikasi
pada Masyarakat Islam: Islam
tidak mengenal stratifikasi sosial seperti dikatakan dalam alquran “bahwa
setiap manusia dihadapanKu sama dan yang membedakannya adalah kadar
ketaqwaannya saja”. Namun, dalam kehidupan masyarakat Islam ditemukan juga
pelapisan-pelapisan sosial. Dalam stratifikasi sosial masyarakat muslim Jawa, terdapat sebuah model
stratifikasi yang sangat populer, yakni model trikotomik cetusan Clifford
Geertz. Model trikotomik Geertz menggolongkan masyarakat Mojokunto, Kediri
yaitu santri, abangan dan priyayi, dimana:
Santri, berpusat di daerah perdagangan atau
pasar. Golongan ini berusaha mengamalkan ajaran Islam tanpa memasukkan
unsur-unsur kepercayaan lainnya.
Abangan, berpusat di daerah pedesaan.
Pengalaman keagamaan mereka merupakan campuran Islam dengan animisme.
Priyayi, berpusat di kantor pemerintah.
Pengalaman agama mereka banyak dipengaruhi aspek-aspek Hindu.
Stratifikasi Sosial dalam Agama
Hubungan antara tingkat keberagamaan dan kedudukan dalam
masyarakat dan struktur sosial, dan antara sifat keyakinan keagamaan dan
kedudukan kelas sosial, telah dibicarakan secara intensif dan diperdalam selama
ratusan tahun. Agama dan pelapisan sosial merupakan dua hal yang berbeda,
walaupun demikian, membicarakan keduanya dalam satu bahasan atau topik tetap
akan mempunyai aspek-aspek positif dalam kajian akademis. Demokrasi sepertinya
menjadi cita-cita seluruh bangsa. Ada beberapa elemen yang menentukan suasana
demokrasi yaitu antara lain budaya yang di dalamnya termasuk agama, penilaian
atas agama dalam kaitannya dengan proses demokrasi, mesti dilakukan secara
hati-hati agar tidak terjadi salah menyimpulkan, demikian juga dengan kelas
sosial, apakah agama bisa menjadi faktor penentu dalam bentuk kelas sosial
dalam tatanan masyarakat yang mana sangat dipengaruhi oleh interpretasi manusia
atas agama, memang kita tidak bisa memungkiri bahwa sekat-sekat sosial
kerapkali menimbulkan masalah sosial.
Kesimpulan
Jadi pada akhir pembahasan kita sebenarnya tidak ada yang
dinamakan pelapisan sosial yang ada dalam agama manusialah sendirilah yang
membuatnya dengan menggunakan kekuatan Tuhan untuk menundukkan masyarakat yang
meyakini agamanya secara kuat di dalam hatinya.