Jumat, 13 Mei 2016

LAPISAN MASYARAKAT BERDASARKAN AGAMA

Menurut  Pitirim A. Sorokin,  stratifikasi  sosial  adalah  perbedaan  penduduk  atau  masyarakat  ke  dalam  lapisan-lapisan  kelas  secra  bertingkat  (hirarkis).  Dia  juga  mengatakan  bahwa  sistem  lapisan  dalam  masyarakat  itu  merupakan  ciri  yang  tetap  dan  umum  dalam  masyarakat  yang  hidup  teratur.
Menurut  Drs. Robert .M.Z. Lawang  adalah  penggolongan  orang-orang  yang  termasuk  dalam  suatu  sistem  sosial  tertentu  ke  dalam  lapisan  lapisan  hirarkis  menurut  dimensi  kekuasaan,  privilese  dan  prestise.
Menurut  Max  Webber  adalah  stratifikasi  sosial  sebagai  penggolongan  orang-orang  yang  termasuk  dalam  suatu  sistem  sosial  tertentu  ke  dalam  lapisan-lapisan  hirarkis  menurut  dimensi  kekuasaan,  privilese  dan  prestise.
Jadi  bisa  diatakan  stratifikasi  sosial  adalah  pembedaan  atau  pengelompokan  para  anggota  masyarakat  secara  vertikal  (bertingkat).
Selanjutnya  bicara  tentang  agama,  agama  yaitu  terdiri dari “a”  yang berarti  tidak,  dan  “gama”  berarti  kacau.  Ada empat unsur agama yaitu:
1. Pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia. 
2. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara manuasia dan kekuatan gaib itu. 
3. Sikap emosional pada hati manusia terdapat kekuatan gaib itu, seperti sikap takut, hormat, cinta, penuh harapan, pasrah.  
4. Tingkah laku tertentu yang dapat diamati seperti sholat, doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi.
         Tidak dipungkiri bahwa kehidupan  beragama  di dalam  masyarakat  terdapat  adanya  bukti bukti stratafikasi  didalamnya.
Dalam kehidupan beragama keristen pada masa kegelapan terjadi dominasi Gereja yang sangat kuat dimana gereja berkuasa atas apapun dengan mengatasnamakan kekuatan Tuhan. Pada akhirnya semua warga tunduk sampai pada suatu kasus dimana ada yang menentang kebijakan gereja ini, yaitu penentuan bahwa Bumi yang mengitari matahari atau Matahari yang mengitari bumi. Seorang pemikir bernama Galileo yang menentang pendapat itu dibakar hidup-hidup.
Sistem Kasta Pada Masyarakat Hindu: sistem ini yang paling terkenal dan paling kaku sehingga jika seseorang itu sudah berada pada kasta bawah sangat sulit atau bahkan tidak mungkin baginya untuk naik kasta. Adapun susunan kastanya adalah: Ksatria (raja-raja), Brahmana (agamawan), Waisya (Pedagang), Sudra (Pekerja kotor/Buruh). Wells menyebut Kasta-Kasta ini dengan berkata “setelah kedatangan bangsa Arya mesyarakat hindu telah terbagi kedalam kasta-kasta yang satu sama lain tidak saling mewakili, tidak berkeberatan, dan tidak bergaul dengan bebas.
Stratifikasi pada Masyarakat Islam: Islam tidak mengenal stratifikasi sosial seperti dikatakan dalam alquran “bahwa setiap manusia dihadapanKu sama dan yang membedakannya adalah kadar ketaqwaannya saja”. Namun, dalam kehidupan masyarakat Islam ditemukan juga pelapisan-pelapisan sosial. Dalam stratifikasi sosial masyarakat muslim Jawa, terdapat sebuah model stratifikasi yang sangat populer, yakni model trikotomik cetusan Clifford Geertz. Model trikotomik Geertz menggolongkan masyarakat Mojokunto, Kediri yaitu santri, abangan dan priyayi, dimana:
Santri, berpusat di daerah perdagangan atau pasar. Golongan ini berusaha mengamalkan ajaran Islam tanpa memasukkan unsur-unsur kepercayaan lainnya.
Abangan, berpusat di daerah pedesaan. Pengalaman keagamaan mereka merupakan campuran Islam dengan animisme.
Priyayi, berpusat di kantor pemerintah. Pengalaman agama mereka banyak dipengaruhi aspek-aspek Hindu.
Stratifikasi Sosial dalam Agama
Hubungan antara tingkat keberagamaan dan kedudukan dalam masyarakat dan struktur sosial, dan antara sifat keyakinan keagamaan dan kedudukan kelas sosial, telah dibicarakan secara intensif dan diperdalam selama ratusan tahun. Agama dan pelapisan sosial merupakan dua hal yang berbeda, walaupun demikian, membicarakan keduanya dalam satu bahasan atau topik tetap akan mempunyai aspek-aspek positif dalam kajian akademis. Demokrasi sepertinya menjadi cita-cita seluruh bangsa. Ada beberapa elemen yang menentukan suasana demokrasi yaitu antara lain budaya yang di dalamnya termasuk agama, penilaian atas agama dalam kaitannya dengan proses demokrasi, mesti dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi salah menyimpulkan, demikian juga dengan kelas sosial, apakah agama bisa menjadi faktor penentu dalam bentuk kelas sosial dalam tatanan masyarakat yang mana sangat dipengaruhi oleh interpretasi manusia atas agama, memang kita tidak bisa memungkiri bahwa sekat-sekat sosial kerapkali menimbulkan masalah sosial.
Kesimpulan
Jadi pada akhir pembahasan kita sebenarnya tidak ada yang dinamakan pelapisan sosial yang ada dalam agama manusialah sendirilah yang membuatnya dengan menggunakan kekuatan Tuhan untuk menundukkan masyarakat yang meyakini agamanya secara kuat di dalam hatinya.