NAMA : ROBI ARDIANSAH
KELAS : 1ID10
NPM : 36415226
BAB : 2
BAB 2. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A.
MANUSIA
Manusia di alam dunia ini memegang
peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Manusia merupakan
kelompoksosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang
selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya, sering
disebut homo-humanus (filsafat), dan lain sebagainya.
Ada
dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang
unsur-unsur yang membangun manusia
1)
Manusia itu terdiri dari empat unsur
yang saling terkait, yaitu
a.
Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang
nampak pada luarnya, dan di raba dan difoto, dan menempati ruang waktu
b.
Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup,
yang ditandai dengan gerak
c.
Ruh, yaitu : bimbingan dan pimppinan
tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu
kemampuan menciptakan yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya
kbudayaan
d.
Nafs, dalam pengertian diri atau
keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
2)
Manusia sebagai satu kepribadian
mengandung tiga unsur yaitu :
a.
Id, yang merupakan struktur kepribadian
yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau
energi psikis yang menujukan cirialamai yang irasional dan terkait dengan sex,
yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcious)
b.
Ego, merupakan bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali di bedakan dari Id, seringkali disebut sebagai
kepribadian ‘’eksekutif’’ karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke
dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c.
Superego, merupakanstruktur kepribadian
yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan
Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego
terbentuk dari lingkungan eksternal, jadi superego merupakan kesatuan
standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai
otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari
pandangan-pandangan orang tua.
B. HAKEKAT MANUSIA
a.
Mahluk
ciptaaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang
utuh.
Tubuh
adalah materi yang dapat di lihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi
tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa
terdapat di dalam tubuh, tidak dapat di lihat, tidak dapat diraba, sifatnya
abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali
ke asalnya yaitu tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh
yang ada di dalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b.
Mahluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika di bandingkan dengan mahluk lainnya.
Kesempurnaannya
terletak pada adab dan kebudayaannya, karena manusia di lengkapi oleh
penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat pada manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perasaan inderawi adalah rangsangan
jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau
binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur uang hanya terdapat pada
manusia misalnya :
1)
Perasaan
intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan
pengetahuan. Seseorang merasa senang atau puas apabila ia dapat mengetahui
sesuatu, sebaliknya tidak senang atau tidak puas apabila ia tidak nerhasil
mengetahui sesuatu.
2)
Perasaan
estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
Seseorang merasa senang apabila ia melihat atau mendengar sesuatu yang indah,
sebaliknya timbul perasaan kesal apabila tidak indah.
3)
Perasaan
etis,
yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan. Seseorang merasa senang apabila
sesuatu itu baik, sebaliknya perasaan benci apabila sesuatu itu jahat.
4)
Perasaan
diri,
yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang
lain. Apabila seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi,
angkuh, dan sombong, sebaliknya apabila ada kekurangan pada dirinya ua merasa
rendah diri (minder)
5)
Perasaan
sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau
korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain. Apabila
orang berhasil, ia ikut senang, apabila orang gagal, memperoleh musibah, ia
ikut sedih.
6)
Perasaan religius,
yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan. Seseorang merasa
tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi segala perintah
- nya dan menjauhi larangan – nya.
Adanya
kehendak dari setiap manusia mampu menciptakan perilaku tentang kebaikan
menurut moral.
c.
Mahluk
biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia
adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat di pelajari dari segi-segi
anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patalogi, genetika,
biodemografi, evolsi biologisnya, dan sebagainya. Sebagai mahluk budayawi
manusia dapat di pelajari dari segi-segi :
Kemasyarakatan,
kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, perkakas, bahasa, dan
sebagainya.
d.
Mahluk
ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Soren
kienkegaard seorang filsuf denmark pelopor ajaran ’’eksistensialisme’’
memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah yang
terikat dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk
pada hukum alamiah pula. Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis,
etis dan religius.
C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Ilmu
psikologi yang memang berasal dan timbul dalam masyarakat barat, dimana konsep individu
itu mengambil tempat yang amat penting, biasanya menganalisis jiwa manusia
dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai
kesatuan analisi tersendiri.
Menurut
Francis L.K.Hsu, mahluk manusia masih memerlukan suatu daerah isi jiwa tambahan
untuk memuaskan suatu kebutuhan rohaniah yang bersifat fundamental dalam
kehidupan manusia.
Konsep
yang dapat di pakai sebagai landasan untuk mengembangkan konsep lain itu,
menurut Francis L.K.Hsu adalah konsep jen dalam kebudayaan cina yaitu manusia
yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian.
D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Seorang
antropolog yaitu E.B.Taylor (1871) mendefinisikan
kebudayaan sebagai berikut : Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan
lain serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Dengan perkataan lain kebudayaan mencakup kesemuanya yang di
dapatkan atau di pelajari oleh manuisa sebagai anggota masyarakat.
Selo
Sumajan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang di perlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasulnya dapat di abdikan
untuk masyarakat.
E.
UNSUR-UNSUR
KEBUDAYAAN
Kebudayaan
setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur
kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai
kesatuan. Misalnya daalam kebudayaan indonesia dapat di jumpai unsur besar
seperti umpanya majelis permusyawaratan rakyat dan unsur-unsur kecil seperti
sisir, kancing, baju, peniti dan lain-lainnya yang di jual di pinggir jalan.
C,Kluckhohn
di dalam karyanya berjudul universal categories of culture mengemukakan, bahwa
ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1.
Sistem religi (sistem kepercayaan).
2.
Sistem organisasi kemasyarakatan.
3.
Sistem pengetahuan.
4.
Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem
ekonomi.
5.
Sistem teknologi dan peralatan.
6.
Bahasa.
7.
Kesenian.
F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut
dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1.
Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran
manusia :
Wujud
ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat
pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam
alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2.
Kompleks aktivitas :
Berupa
aktivitas manusia yang salung berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati
atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain dari detik ke detik, hari ke
hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkanadat tata kelakuan.
3.
Wujud sebagai benda :
Aktivitas
manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan
sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia
tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam
bentuk fisik yang kongkret bisa di sebut kebudayaan fisik, mulai dari benda
yang diam sampai pada benda yang bergerak.
G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kebudayaan sebagai karya manusia
memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value
Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara
universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
A.
Hakekat hidup manusia ( MH )
Hakekat
hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstem; ada yang berusaha untuk
memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap
hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup’’
B.
Hakekat karya manusia ( MK )
Setiap
kebudayaan hakekatnya berbeda-beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa
karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya
merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
C.
Hakekat waktu manusia ( WM )
Hakekat
waktu untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan mementingkan
orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa
yang akan datang
D.
Hakekat alam manusia ( MA )
Ada
kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan
alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan manusia harus
harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam.
E.
Hakekat hubungan manusia ( MN )
Dalam
hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secara
horizontal (sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh).
Ada pula yang berpandangan individualistis ( menilai tinggi kekuatan sendiri ).
H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun
selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang
terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.
Tidak ada kebudayaan yang statis,
semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya
adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan
tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan
manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di
dalam masyarakat.
Terjadi gerak / perubahan ini
disebabkan oleh beberapa hal :
1.
Sebab-sebab yang berasal dari dalam
masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi
penduduk.
2.
Sebab-sebab perubahan lingkungan alam
dan fisik tempatmereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada
dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakt dan kebudayaan lain, cenderung
untuk berubah lebih cepat.
Proses akulturasi di dalam senjarah
kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam. biasanya suatu masyarakat hidup
bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi
hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan, pemerintahan dan
sebagainya. Pada saat itulah unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling
menyusup. Proses migrasi besar-beasaran, dahulu kala, mempermudah
berlangsungnya akulturasi tersebut. Beberapa masalah yang menyangkut proses
tadi adalah :
A.
Unsur-unsur kebubudayaan asing manakah
yang mudah diterima,
B.
Unsur-unsur kebudayaan asing manakah
yang sulit diterima,
C.
Individu-individu manakah yang cepat
menerima unsur-unsur yang baru,
D.
Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul
sebagai akibat akulturasi tersebut,
1.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan
asing yang mudah di terima adalah :
a.
Unsur kebudayaan kebendaan seperti
peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat
bagi masyarakat yang menerimanya, Contohnya alat tulis menulis yang banyak di
pergunakan orang indonesia di ambil dari unsur-unsur kebudayaan barat.
b.
Unsur-unsur yang terbuktu membawa
manfaat besar, misalnya radio, komputer, telephone yang banyak membawa kegunaan
terutama sebagai alat komunikasi
c.
Unsur-unsur yang dengan mudah
disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut,
seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang
sederahana, dapat digunakan untuk memperlengkapi pabrik-pabrik penggilingan
2.
Unsur-unsur kebudayaan yang sulit di
terima oleh seseuatu masyarakat adalah misalnya :
a.
Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan
seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
b.
Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf
pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok
suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat
indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok yang lainnya.
3.
Pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang
masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai
orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4.
Suatu masyarakat yang terkena proses
akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan
tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi
Berbagai faktor yang mempengaruhi di terima
atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru di antaranya :
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan
atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar
masyarakat tersebut.
2.
Jika pandangan hidup dan nilai-nilai
yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan
ajaran unu terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan
unsur baru itu mengalami hambatan dan harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran
yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat
turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter
akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki
skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah di buktikan kegunaannya
oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang di laksanakan manusia.
Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini
dapt di pandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat
dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses
dialektis ini tercipta memalui tiga tahap yaitu :
A.
Eksternalisasi, yaitu proses dimana
manusia mengeksoresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
eksternalisasi ini masyarakat mejadi kenyataan buatan manusia.
B.
Obyektivitasi, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala
pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
C.
Internalisasi, yaitu proses dimana
masyarakat di sergap kembali oleh manusia, maksudnya bahwa manusia mempelajari
kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga
manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Apabila
manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi
terasing atau tealinasi.
Manusia
dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak
dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.
Analisa terhadapap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan
waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.